Menyoroti kemerosotan moral, bukan berarti kita berdiri sebagai orang yang
tak berdosa. Kita semua adalah manusia yang berdosa. Namun kesadaran untuk
memperbaiki diri, belum tentu dimiliki oleh semua orang. Di tengah masyarakat
biasanya muncul dua kelompok.
(1) orang berdosa namun tidak mau menyadari
keberdosaannya.
(2) orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau
berbalik kepada Allah.
Nabi Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan
Tuhan, meski ia tidak terlibat dalam keberdosaan umat. Karena itu ia berkata, `celakalah
aku`(Mikha 7:1-6). Ini adalah ungkapan kesadaran
atas keberdosaan di tengah masyarakat yang menjadi tanggung jawab bersama. Tetapi Mikha heran, orang saleh sudah sulit ditemukan dari negerinya
seperti mengumpulkan anggur dimusim kemarau. Semua orang hanya mengutamakan
keuntungan diri sendiri, tidak segan-segan mencelakakan teman, kekasih, atau
orang tua sekalipun. Nas ini mengingatkan dua hal sebagai tanggung jawab iman
kita di tengah masyarakat:
(1) Standar ukuran kehidupan orang percaya adalah
Allah, bukan pola pikir dan cara hidup di sekelilingnya. Mikha sebenarnya dapat
memilih mengikuti pola pikir dan cara hidup orang-orang di sekelilingnya, agar
tidak dipandang aneh. Namun ia memilih untuk tetap mengandalkan Allah dan
berpengharapan kepada-Nya. Pilihan Mikha ini, juga mesti menjadi pilihan kita saat berada di tengah
situasi kehancuran moral. Kita mesti
tetap berani menyuarakan kebenaran dan meletakkan pengharapan kepada
Allah bukan berharap pada situasi yang berubah. Kita berharap kepada apa yang
akan dilakukan Allah, bukan kepada apa yang akan dilakukan oleh masyarakat di
sekitar kita.
(2) Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan
Tuhan, meski ia sendiri tidak terlibat dalam keberdosaan itu. Kita dapat
belajar dari Mikha. Ia tetap merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi di
sekelilingnya. Penyakit masyarakat modern sekarang ini adalah cenderung semakin
individualistis dan tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya dengan dalih
tidak mau ikut campur urusan orang lain. Sebagai orang yang bertanggung jawab
terhadap imannya, kita mesti menderita ketika menyaksikan masyarakat dimana
kita tinggal terancam hancur moralnya . Walaupun kita tidak ikut serta dalam
kejahatan itu, namun orang percaya tetap harus memikul tanggung jawab terhadap
keadaan dimana ia berada, sebab relasi yang tidak benar antara manusia dengan
Allah menyebabkan rusaknya konsep tentang diri sendiri dan orang lain. Mereka
tidak dapat mempercayai diri sendiri apalagi mempercayai orang lain.
BILA ANDA MERASA TERBERKATI DENGAN
TULISAN INI, BERI KOMENTAR DAN KATAKAN AMIN...
( Pdt. Dermawisata
J. Baen, M.Th )