Pdt. Dermawisata J Baen, M.Th |
Cerita di atas adalah kutifan buku karangan Karl
May (1842-1912). Karl May adalah anak
seorang penenun miskin di Jerman, kurang gizi dan menjadi buta
sejak lahir. Namun pada usia enam tahun May mulai melihat, ia bersekolah dan
menjadi seorang guru. May pernah juga dipenjarakan akibat mengidap gangguang
jiwa. Di dalam penjara ia dibimbing oleh seorang Pendeta yang menugaskannya
mengarang dan menjaga perpustakaan penjara. Keluar dari penjara May mulai
menulis hingga usianya 70 tahun. Buku-buku karya May adalah merupakan apologia (pembelaan) teologis terhadap filsafat Nietsche yang mengajarkan bahwa
manusia adalah Ubermensh, yaitu
manusia yang bernafsu menjadi unggul. May menentang ajaran ini. Menurut May, kehebatan manusia
justeru terletak dalam kemauan untuk berdamai dan bersahabat.
Alkitab Kejadian 26:26-36 juga berkisahkan tentang kehebatan Ishak
yang mau berdamai dengan Abimelekh raja orang Filistin yang pernah mengusirnya
dari Gerar. Secara kemanusiaan pada umumnya sulit bagi orang begitu cepat
berdamai dengan orang yang pernah mengusirnya. Tetapi Ishak tidak demikian. Ia menerima
permintaan maaf dan tawaran berdamai dari Abimelekh dengan senang hati. Bahkan
ia menjamu mereka dengan makanan dan minuman kemudian melepaskan mereka
meninggalkan dia dengan damai.
Di sini kita mendapatkan pelajaran yang penting
bahwa memang benar, kehebatan seseorang adalah bukan pada nafsu dan kemauan
kerasnya untuk menjadi unggul dari orang lain. Tetapi kehebatan manusia justeru
terletak pada kerendahan dan kemurahan hatinya. Kehebatan manusia terletak pada
kelemah lembutannya dan kesucian hatinya. Kehebatan manusia adalah terletak
pada kemauannya untuk selalu hidup dalam perdamaian dan persahabatan dengan
orang lain. Yesus berkata di dalam ( Mat.5:5-9), “Berbahagialah orang yang lemah
lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan
haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang
murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang
suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Dan berbahagialah orang membawa
damai, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Maukah kita menjadi orang
yang berbahagia? Kalau mau, maka marilah kita sejak saat ini mengembangkan
sifat kerendahan hati, kelemah lembutan, dan perdamaian seorang dengan yang
lainnya.
BILA ANDA MERASA TERBERKATI DENGAN
TULISAN INI, BERI KOMENTAR DAN KATAKAN AMIN...
( Pdt.
Dermawisata J. Baen, M.Th)
0 Response to "Ayo kita Berdamai dan Bersahabat"
Post a Comment