Pdt. Dermawisata J.Baen, M.Th |
Kadang kita mengabaikan sesuatu yang berharga pada
diri orang lain hanya karena mengetahui latar belakang hidup orang itu dari
kalangan sederhana. Yesus juga ditolak
orang Nazaret, karena mereka mengetahui Dia sehari-harinya adalah anak seorang
tukang kayu. Tetapi mereka yang sederhana sering kali menjadi inspirasi bagi
mereka yang “besar”. Charles Haddon
Spurgeon (1850) justeru mengalami perjumpaan dengan Allah bukan oleh
seorang pengkhotbah terkenal, melainkan setelah mendengar khotbah sederhana
dari seorang hamba Tuhan di sebuah gedung gereja kecil. Spurgeon kemudian menjadi seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Di
daratan Belanda tahun 1860-an seorang intelektual bernama Abraham Kuyper, tertarik menjadi seorang pelayan Tuhan setelah ia
melayani sebuah jemaat kecil yang sederhana.
Perikop pasal 18:24-28 memberikan kesaksian yang
serupa, tentang sepasang suami-isteri Priskila dan Akwila yang berprofesi
sebagai tukang tenda (Kis.18:3). Pasangan sederhana ini dipakai Tuhan untuk
meluruskan jalan seorang terdidik bernama Apolos dari Aleksandria. Apolos
adalah seorang yang fasih berbicara, teliti mengajar tentang Yesus, dan sangat
mahir dalam soal-soal Kitab Suci, namun ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.
Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa Apolos ke rumah
mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya jalan Allah. Apolos kemudian
oleh kasih karunia Allah menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang
percaya.
Tuhan memakai mereka yang sangat sederhana untuk
menuntun jiwa menuju terang Tuhan yang ajaib. Ketika berada di tangan Tuhan,
yang sederhana menghasilkan perkara-perkara yang luar biasa dan ajaib. Paulus
juga mengingatkan kita, “sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari
pada manusia. Dan yang lemah dari Allah, lebih kuat dari pada manusia…”. (1
Kor.1:25-29) Menurut ukuran manusia kata Paulus, tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak
orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang
bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan
apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan yang kuat, dan apa
yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang
tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan
ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Semua
ini mengingatkan kita untuk tetap rendah hati di hadapan Allah yang perkasa.
Semua ini mengingatkan kita untuk mejaga diri agar tetap memiliki jiwa yang
sederhana di hadapan Allah. Di dalam segala kompleksitas kemajuan dan
intelektualitas, kita harus ingat bahwa hanya Tuhan Allah yang memiliki
segala-galanya.
0 Response to "DI TANGAN TUHAN KESEDERHANAAN MENJADI KEKUATAN (Kisah Rasul 18:24-28)"
Post a Comment