Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga
(ay.6). Istilah ini berasal dari dunia pertanian, tapi dalam hal tertentu, juga
bisa berlaku dalam kaitan memberi persembahan. Tapi pertanyaannya, bagaimana
mungkin kita yang tidak punya, dapat memberi banyak. Tetapi bersyukur, Tuhan
sendiri tidak menilai pemberian kita dengan rumusan dalam ilmu pertanian,
tetapi Tuhan melihat apa yang ada di dalam hati kita. Seorang janda miskin
memberikan sedikit, namun ia justru dipuji oleh Yesus. Mengapa? Karena ia
memberi dengan sukarela dan sukacita sesuai dengan apa yang ada padanya. Lalu
apakah ukuran dalam memberi dan apa yang mempengaruhi nilai pemberian kita?
Ukurannya adalah bukan semata-mata berdasarkan jumlah, tetapi berdasarkan “sesuai atau tidak”. Kitab (Ul.16:16-17), tertulis, “…Jangan ia menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekadar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh Tuhan Allahmu”. Jadi indikator kelayakan pemberian kepada Allah, (banyak atau sedikit) sama-sama baiknya, apabila pemberian itu sudah “sesuai” Kalau punya banyak, memberi banyak, itu sesuai!, tetapi punya banyak, memberi sedikit, itu yang tidak sesuai. Pemberian seperti ini mempengaruhi nilai pemberian seseorang di hadapan Allah. Bagaimana menggabungkan antara, “yang sesuai” dan “yang dengan sukacita Jawabannya ada pada (ay.8 – 9 ). Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Maukah saudara menjadi saluran berkat Tuhan? Menjadi saluran berkat, berarti kita setiap hari ada di tengah berkat itu. Berkat itu harus kita salurkan kepada orang lain, agar kita kemudian kembali meneima berkat yang baru dari Tuhan. Sebagai saluran berkat, kita seumpama pipa saluran air. Kalau pipa itu disumbat pada bagian ujung bawahnya tempat keluarnya air, maka air yang baru, tidak dapat masuk. Dan itu berarti air yang dalam pipa itu memang tidak berkurang, tetapi air itu juga tidak bertambah. Begitu pula lah aliran berkat Tuhan dalam hidup kita selalu baru setiap hari, ketika kita mau berbagi dan mengalirkan berkat itu kepada sesama
Ukurannya adalah bukan semata-mata berdasarkan jumlah, tetapi berdasarkan “sesuai atau tidak”. Kitab (Ul.16:16-17), tertulis, “…Jangan ia menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekadar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh Tuhan Allahmu”. Jadi indikator kelayakan pemberian kepada Allah, (banyak atau sedikit) sama-sama baiknya, apabila pemberian itu sudah “sesuai” Kalau punya banyak, memberi banyak, itu sesuai!, tetapi punya banyak, memberi sedikit, itu yang tidak sesuai. Pemberian seperti ini mempengaruhi nilai pemberian seseorang di hadapan Allah. Bagaimana menggabungkan antara, “yang sesuai” dan “yang dengan sukacita Jawabannya ada pada (ay.8 – 9 ). Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Maukah saudara menjadi saluran berkat Tuhan? Menjadi saluran berkat, berarti kita setiap hari ada di tengah berkat itu. Berkat itu harus kita salurkan kepada orang lain, agar kita kemudian kembali meneima berkat yang baru dari Tuhan. Sebagai saluran berkat, kita seumpama pipa saluran air. Kalau pipa itu disumbat pada bagian ujung bawahnya tempat keluarnya air, maka air yang baru, tidak dapat masuk. Dan itu berarti air yang dalam pipa itu memang tidak berkurang, tetapi air itu juga tidak bertambah. Begitu pula lah aliran berkat Tuhan dalam hidup kita selalu baru setiap hari, ketika kita mau berbagi dan mengalirkan berkat itu kepada sesama
0 Response to "Maukah Anda menjadi saluran berkat Tuhan (2 Korintus 9 : 6–15)"
Post a Comment