Semua orang bisa
memberi, tetapi tidak semua pemberian mengandung kasih? Ada yang memberi karena
mengharapkan diberi kembali. Ada yang memberi karena mengharapkan pujian. Ada
pula yang memberi, karena terpaksa. Dan ada
pula yang memberi, karena telah merasa berkelebihan. Niat memberi dengan
dimotivasi tujuan tertentu inilah yang dikoreksi Paulus. Jemaat Makedonia yang
miskin, dan sedang mengalami cobaan yang berat, namun sukacita mereka meluap
untuk memberi (ay.2). Kerelaan memberi yang luar biasa ini bukan dibuat-buat,
tetapi lahir dari kesadaran iman bahwa mereka telah merasa menerima kasih
karunia dari Allah. Orang yang telah merasa menerima, wajar kalau ia bersedia
untuk memberi. Kasih Karunia adalah pemberian yang cuma-cuma dari Allah berupa
pengampunan atas dosa sehingga kita terlepas dari ancaman penghukuman yang
kekal, Anugerah seperti ini patut disyukuri dengan membagikan kasih karunia itu kepada
orang-orang yang memerlukan. 2 Kor
9:9 berkata: "Ia membagi-bagikan,
Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk
selamanya." Berdasar ayat ini,
budaya membagi-bagikan sesuatu kepada orang lain, bukan kerugian, malah sebagai
keuntungan, karena kebenaran itu terus semakin bertambah-tambah dalam diri
kita, bilamana kita berani membagi-bagikannya kepada orang lain.
Proses kerja pertumbuhan kebenaran itu bagaikan rumpun bibit padi di tempat
persemaian. Rumpun batang padi itu akan berkembang biak dan bertambah banyak
bilamana kita rajin memisah-misahkannya pada tempat yang berbeda-beda, sehingga
masing-masing bibit rumpun padi yang baru, kembali bertumbuh dan berkembang
biak menjadi rumpun-rumpun padi yang baru lainnya. Demikian pula kalau
kebenaran akan semakin besar kalau kita rajin membagi-bagikannya kepada orang
lain. Yang kuat membantu yang lemah. Yang kaya memperhatikan yang miskin,
sehingga kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan haknya semakin besar.
Tetapi kalau kebenaran itu, semakin tidak terlihat, maka budaya
tolong-menolong, dan bantu-membantu akan menjadi mati sehingga yang ada
hanyalah kepentingan diri sendiri. Yang kaya, makin kaya; yang miskin makin
miskin. Jadi kita meberi bukan berarti karena kita memiki banyak, tetapi kita
memberi karena kita telah lebih dahulu menerima. Masalah memberi, sesungguhnya
bukan masalah banyak atau tidak, tetapi masalah mau atau tidak (kerelaan). Memberi dengan kerelaan inilah
yang dimaksudkan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam
kemurahan.
0 Response to "Pemberian yang Mengandung Pelayanan Kasih (2 Korintus 8 : 1-15)"
Post a Comment