Ayoo Berpartisipasi

berpartisipasi menyampaikan artikel / tulisan atau menjadi kontributor Konten di blog ini?
Kirimkan artikel/konten/tulisan anda ke bphgkebuntok@yahoo.co.id
lewat yahoo atau Gmail

Baca : Cara Kirim Artikel
Privasi email yang anda kirimkan 100% dilindungi oleh BPH MJGKE Buntok

PEMBERITAAN INJIL YANG KONTEKSTUAL (Kisah Rasul 17:16-34)

Pdt. Dermawisata J.Baen,M.Th
Ada sebuah peribahasa, ”dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, artinya bila kita menetap di suatu tempat, maka adat istiadat atau kebiasaan orang di tempat itu, mesti kita pakai dan hormati. Metode ini digunakan Paulus ketika ia sedang berada di Atena. Setelah mengelilingi kota yang penuh patung berhala itu, dan meneliti secara seksama kehidupan penduduk di kota itu, Paulus menemukan ide untuk bertukar pikiran dan sekaligus memberitakan Injil kepada orang Atena. Di Atena saat itu ada dua golongan yakni aliran filsafat Epikuros dan Stoa yang mewakili orang Atena dalam bersoal jawab dengan Paulus (ay.18). Bagi mereka, Injil yang diberitakan Paulus tidak masuk akal, sebab kedua aliran ini tidak percaya adanya kebangkitan dan penghakiman setelah kematian. Namun metode pemberitaan Injil Paulus yang menarik, sehingga topik yang kontropersial ini justeru kemudian menjadi daya tarik bagi orang Atena untuk mendengarkan pengajaran Paulus di sidang Areopagus. Paulus menemukan pintu masuk memberitakan Injil melalui gaya dan ide pemikiran orang Atena sendiri, yakni ”kepada Allah yang tidak dikenal”. Ide ini digunakan Paulus untuk menguraikan sifat Allah: sebagai pencipta, Allah yang tidak kekurangan apa-apa sehingga tidak perlu dilayani oleh manusia, Allah yang dekat dan sebagai penyebab kehidupan, serta Allah yang tidak terbuat dari materi. Dari metode penginjilan Paulus ini, setidaknya ada dua hal yang dapat kita pelajari:

1. Jadikan Pemberitaan Injil sebagai Gaya Hidup
         Di Atena, posisi Paulus sebenarnya sangat tidak menguntungkan. Ia sedang dibawah ancaman pembunuhan oleh orang Yahudi dari Tesalonika karena pemberitaan Injil.  Namun Paulus tidak mencari tempat untuk bersembunyi. Sebaliknya, totalitas hidupnya dipersembahkan untuk kemajuan pemberitaan Injil, seperti yang ditulisnya kepada jemaat Filipi (1:21), ”karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.  Totalitas hidup Paulus dalam pekabaran Injil ini patut kita teladani di masa kini. Kita tentu menyadari bahwa kita hidup di tengah masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda. Namun kepentingan pemberitaan Injil seharusnya berada di atas kepentingan apapun. Keadaan seperti ini, menuntut kita sebagai orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus untuk menjadi saksi yang hidup dan menjadikan setiap perbuatan kita sebagai ibadah kepada Allah, sehingga melalui sikap hidup kita orang di sekitar mengenal dan menjumpai Kristus di dalam diri kita.

2. Menerapkan Strategi Penginjilan yang Kontekstual
                Sering kita kuatir bahwa mengabarkan Injil menggunakan konteks budaya dimana Injil itu diberitakan mengandung resiko pencampur-adukan suatu kepercayaan (sinkretis). Namun perlu disadari dalam sebuah pembelajaran akan mengandung daya tarik apabila pembelajaran itu ada kait-mengaitnya dengan kebiasaan hidup sehari-hari mereka. Setelah melihat metode penginjilan Paulus, kita tahu bahwa tujuannya bukanlah untuk membenarkan penyembahan para dewa orang Atena, melainkan untuk membuat para pendengarnya lebih mudah mengerti apa pesan dari Injil yang ia beritakan. Ia menggunakan apa yang sudah ada di sana untuk memperkenalkan siapa Yesus, agar orang-orang Atena tidak merasa asing dengan pemberitaanya. Karena itu, strategi penginjilan bukanlah sesuatu yang harus terpaku pada sebuah cara yang diseragamkan sebagaimana yang diajarkan dalam pelatihan-pelatihan penginjilan, melainkan dengan berangkat dari situasi atau keadaan pendengar di mana Injil itu disampaikan. 


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

0 Response to "PEMBERITAAN INJIL YANG KONTEKSTUAL (Kisah Rasul 17:16-34)"

Post a Comment