Ayoo Berpartisipasi

berpartisipasi menyampaikan artikel / tulisan atau menjadi kontributor Konten di blog ini?
Kirimkan artikel/konten/tulisan anda ke bphgkebuntok@yahoo.co.id
lewat yahoo atau Gmail

Baca : Cara Kirim Artikel
Privasi email yang anda kirimkan 100% dilindungi oleh BPH MJGKE Buntok

Nyanyian Sebagai Pembritaan Firman dan Undangan kehadiran Kuasa Tuhan (Mazmur 33 : 1 – 4)


Nyanyian pujian biasanya dipakai pada ibadah baik di bait Allah, maupun pada ibadah umat lainnya. Nyanyian pujian kepada Tuhan merupakan unsur yang sangat liturgis dalam ibadah. Pada aliran kepercayaan agama suku misalnya, pujian dan nyanyian (sansana) selain berfungsi sebagai pujian juga merupakan undangan kepada kekuatan Roh yang bersifat supra natural. 
Demikian pula, dalam ibadah Jemaat, Pujian dan penyembahan dalam ibadah, fungsinya juga merupakan undangan kepada Roh Tuhan. Karena fungsinya sebagai undangan, maka nyanyian perlu dinyanyikan dengan jelas dan benar. Mengapa? Karena saat kita mengundang orang lain, tapi kalimat undangannya tidak jelas maka orang yang diundang tidak akan datang. 
Kita melihat pada (ay.3), ”Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorak”. Mengapa kecapi (alat musik) harus dipetik baik-baik?

1. Nyanyian pujian sebagai undangan bagi kehadiran kuasa Tuhan dalam ibadah.  

Pujian yang dinyanyikan dengan baik dan benar memiliki kuasa. Di dalam Mzm.22:4, disebutkan”... Allah Yang Kudus bersemayam di atas puji-pujian orang Israel”. Jadi, kekuatan pujian dan penyembahan yang benar sangat besar dalam ibadah, karena Allah bersemayam di atas puji-pujian.  Hal sama dilakukan oleh Paulus dan Silas dalam (Kis.16:25-26), ketika mereka berada di penjara kota Filipi, mereka berdoa dan memuji Tuhan dengan suara yang nyaring. Maka tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang sangat hebat sehingga sendi-sendi penjara goyah, pintu-pintunya terbuka dan belenggu mereka terlepas. 
Demikian pula ketika pentahbisan Bait Suci Israel yang baru pada zaman Salomo ( II Taw.5:13). Ketika para jemaah Israel meniup nafiri dan mereka menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan dengan ucapan, ”Sebab Ia baik! Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya, maka seketika itu rumah Tuhan dipenuhi awan sebagai lambang kehadiran Tuhan. Karena hakekat nyanyian pujian sebagai undangan bagi kehadiran kuasa Tuhan dalam ibadah, maka semestinya nyanyian pujian juga dinyanyikan oleh seluruh umat yang beribadah dengan suara yang jelas. Karena itu, jangan sampai ada warga jemaat yang datang beribadah tidak menyanyi. Atau pemandu lagu (singer) yang bernyanyi mendominasi mengalahkan nyanyian warga jemaat sehingga membuat  peserta ibadah hanya menikmati lagu sebagai tontonan yang menghiburkan. Fungsi  pemandu lagu, koor dan pemusik dalam ibadah pada hakekatnya bukanlah untuk memberi sajian atau menghibur, tetapi memampukan warga jemaat untuk  memahami dan menghayati Firman Allah.

2. Pujian dan nyanyian dalam ibadah sebagai bagian dari pemberitaan Firman Allah. 

Syair-syair nyanyian yang dipakai jemaat, diambil dari ayat firman Allah. Contoh Kj.No.4 diambil dari Mzm.104, Kj. No.73 diambil dari Ul. 32:1-4, KJ. No.333 diambil dari Habakuk 3:17-19 dst. Ayat-ayat firman Allah yang dinyanayaikan ini memperlihatkan bahwa nyanyian mempunyai fungsi didaktis dalam menanamkan  Firman  di hati warga jemaat. 
Karena itu bagi umat Isarel, maupun jemaat mula-mula di zaman rasul-rasul, nyanyian  memegang peranan yang penting dalam menjelaskan firman Allah. Pada (Kel.31:19) dikatakan,”Oleh sebab itu Tuliskanlah nyanyian ini dan ajarkanlah kepada orang Israel, letakkanlah di dalam mulut mereka, supaya nyanyian ini menjadi Saksi Bagi-Ku”. Jadi jelas sekali bahwa nyanyian  penyembahan adalah menyaksikan tentang firman Allah. Karena itu mari kita menyanyi dengan benar, suara yang nyaring dan penuh penghayatan, maka niscaya kita semua telah memberitakan Firman Allah  kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita. Selain itu nyanyian yang benar dan nyaring juga sekaligus sebagai undangan bagi kuasa Roh Allah hadir dan memberi berkat-Nya kepada kita. 



Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Mari menyanyi dengan benar, dengan segenap hati

Nyanyian bagi Allah dan Keselamatan dari  Allah

Bernyanyi bagi Allah dilakukan oleh para Nabi besar di zaman sebelum kedatangan Yesus Kristus, seperti yang dilakukan oleh Raja Daud saat dia dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan Allah dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian dan berbagai macam alat musik saat Allah melepaskan mereka dari cengkeraman musuh-musuhnya, dan ucapan syukur itu mereka naikkan dengan nyanyian dan tarian (Kitab II Samuel 6:5). Ternyata nyanyian Raja Daud tidak hanya disampaikannya pada saat dia senang, pada saat dia menyampaikan kesedihannya kepada Allah-pun, dia menyampaikannya dengan nyanyian (Kitab II Samuel 1:17).

Banyak cara yang dapat kita lakukan pada saat kita mengungkapkan isi hati kita pada Allah, ada yang menari sambil bernyanyi, bahkan ada juga yang berdoa dalam hati dan hanya bibirnya yang bergerak-gerak sehingga dikira mabuk (Kitab II Samuel 1:13). Namun satu hal yang perlu kita ingat, bagaimanapun cara kita meluapkan isi hati kita kepada Allah, lakukanlah dengan segenap hati seperti yang diajarkan dalam Injil:“bernyanyi dan bersoraklah bagi Allah dengan segenap hati” (Injil, Surat Efesus 5:19).

Ternyata nyanyian pujian dan penyembahan bukan hanya diterima Allah dari mereka yang ada di dunia ini, orang-orang yang masuk sorga juga akan ikut bernyanyi, ”Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru” (Kitab Wahyu 5:9), yaitu nyanyian baru Keselamatan yang telah mereka terima dari penebusan Yesus Kristus.




Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

SALIB ADALAH JALAN SEMPIT YANG DIRANCANGKAN OLEH ALLAH ( Matius 7:12-14)

Oleh : Dermawisata J. Baen 

Dermawisata J. Baen
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat.7:13-14).


Pernahkah kita bertanya dalam hati apa sebenarnya beda kekristenan dengan kepercayaan-kepercayaan lain di luarnya?  Mungkin bila pertanyaan ini dijawab, maka jawabannya bisa bertolak belakang antara satu dengan yang lain. Misalnya yang seorang berkata, “kalau menurut saya bahwa semua agama itu sama saja”. Tetapi yang lain bisa saja mengatakan tidak.  Saya tidak mengajak untuk  menilai apakah setiap agama itu sama atau tidak. Tetapi saya ingin mengajak kita untuk melihat bahwa sebenarnya kekristenan itu beda dalam memahami tentang Allah. Kalau di luar kekristenan kita mengetahui bahwa agama adalah usaha manusia untuk mencari dan menemukan Allah. Tetapi dalam kekristenan justeru sebaliknya. Dalam kekristenan, bukan kita yang mencari untuk menemukan Allah, tetapi Allah yang mencari dan menemukan kita. Kalau manusia yang mencari Allah, maka kita bagaikan berperahu di dalam kegelapan, sehingga antara perahu satu dengan yang lainnya saling bersilangan karena tidak tentu arah yang dituju. Tetapi kalau Allah yang mencari kita, maka kita akan mengetahui nantinya dengan pasti bahwa tujuan hidup kita hanya satu yaitu jalan keselamatan kekal melalui Yesus Kristus.  Yesus mengatakan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh.14:6). Dia menunjukkan jalan ke gerbang yang sempit menuju hidup yang kekal. Apakah gerbang yang sempit itu? Kita akan menemukan jawaban itu di dalam salib-Nya dan tantangan-Nya supaya kita memikul salib kita.  Salib adalah gerbang yang sempit itu. Itulah satu-satunya jalan untuk mengenal Dia, hidup selamanya, dan untuk hidup sekarang dalam kebahagian yang mendalam. Karena itu kata-kata Yesus, “Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu” memiliki arti yang sangat besar bagi kita. Di dalam (Yoh 14:3) Ia bersabda, “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Yesus dan salib-Nya adalah jalan melalui gerbang yang sempit. Tidak seorang pun pergi kepada Bapa di sorga atau menuju sukacita yang sejati, kecuali melalui Kristus. Bukan perbuatan baik, bukan kelakuan moral, atau prestasi manusia. Dan tidak banyak jalan yang menuntun kepada Allah. Tetapi hanya ada satu jalan dengan satu gerbang yang sempit. Itulah jalan dimana Allah datang mencari dan menemukan kita, bukan jalan dimana kita datang mencari Allah. Kita akan sampai ke rumah kekal yang disediakan-Nya karena Yesus sendiri yang mencari dan menemukan kita, dan kemudian Ia membawa kita ke tempat yang telah disediakan bagi kita


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Renungan dan Penguatan (Bagian Pertama)

Mari kita baca bagian-bagian Ayat Nast Alkitab untuk menjadi perenungan bersama Jemaat


Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi(Injil, Surat Ibrani 9:27)

Pemahaman :
Ayat diatas menjelaskan bahwa: 
Pertama, dikatakan bahwa kita "ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja,” yang berarti manusia hanya dilahirkan satu kali dan mati satu kali. Tidak ada siklus hidup dan mati serta lahir kembali yang tanpa akhir seperti pemikiran yang terkandung dalam teori reinkarnasi. 
Kedua, dikatakan bahwa setelah mati kita menghadapi penghakiman, berarti tidak ada kesempatan kedua sebagaimana dalam reinkarnasi dan karma, untuk hidup yang lebih baik. Hanya ada satu kesempatan dalam hidup dan untuk menghidupinya sesuai dengan rencana Allah, dan itu saja.

Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku(Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).

Pemahaman :
Bukan “agama” yang menjadi jaminan seseorang dapat masuk sorga atau tidak. Seseorang yang telah menerima keselamatan dan hidup kekal dari Yesus, merekalah yang layak masuk sorga. Seorang yang hidup tidak sesuai dengan kebenaran firman Allah, tentu tidak akan mendapat jaminan masuk sorga, walaupun dia seorang Kristen. Karna itulah hanya Yesus satu-satunya “Jalan” menuju sorga. 

karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya" (2 Timotius 2:13)

Pemahaman :
Ada hal yang bahkan Allah pun tidak dapat melakukannya. Contoh: Berbohong dan tidak setia. Dapatkah Allah melakukan hal ini? Tidak! Mengapa? ayat diatas menjelaskannya

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23) 
"Sebab upah dosa adalah maut.." (Roma 6:23)

Pemahaman
Mengapa Allah tidak langsung mengampuni orang-orang yang bersalah? Karena Allah tidak mungkin mengingkari hukum yang telah Ia buat! 
Ingat, Allah tidak mengatakan ada dosa besar/kecil. Jika Anda berdosa, ujungnya ialah maut.

Jadi karena dosalah manusia kehilangan nyawanya. Dan untuk menebus dosa tersebut, harus ada "nyawa" pengganti yang harus dikorbankan. Yaitu "“Sebab darah ialah nyawa.."(Taurat, Ulangan 12:23) “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22).
Pertanyaannya adalah: Apakah korban yang diberikan dapat menghentikan kedegilan manusia di zaman itu? Tidak! Itulah sebabnya Tuhan memakai cara untuk menghapus dosa manusia tanpa harus mengingkari hukum-Nya sendiri. Yaitu melalui penebusan yang dilakukan Yesus. Sehingga ketika disalib, Yesus berkata, “berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Injil, Yohanes 19:3). 
Lebih tepatnya kalimat itu digunakan di zaman itu sebagai “lunas dibayar!”



Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Mujizat Terjadi Setiap Hari (Lukas 8 : 40 - 45)


DERMAWISATA J. BAEN
Lukas 8:40-55 menceritakan dua peristiwa mujizat penyembuhan yang dilakukan Yesus dalam hari yang sama. Mujizat penyembuhan yang pertama : terjadi pada seorang perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun.  Perempuan ini tentu sangat menderita selama waktu yang begitu lama. Ia juga pasti mengalami kekurangan darah (anemia) karena HB nya selalu rendah yang mengakibatkan tubuhnya selalu lesu dan letih. Dia juga pasti menanggung penderitaan batin (dianggap sebagai orang berdosa saat itu) sehingga dia dikucilkan dari masyarakat. Ia ingin sekali mengenal siapa Yesus sesungguhnya. Ia merindukan bertemu dengan Yesus secara langsung. Setelah mempelajari dan mengumpulkan semua keterangan tentang diri Yesus, maka si perempuan yang sakit ini menjadi sangat yakin bahwa orang yang bernama Yesus itu pasti dapat menyembuhkan penyakitnya. Karena itu ia bertekad dalam hatinya, ”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh”. Keteguhan dan keyakinan iman ini menimbulkan reaksi yang dirasakan Yesus bahwa seakan-akan ada energi yang keluar dari tubuhnya ketika si perempuan itu menyentuh ujung jubah-Nya. Yesus menoleh ke belakang. Dia tidak marah dan ini berlawanan dengan dugaan orang banyak. Malah Yesus berkata kepada perempuan itu, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau” dan sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Peristiwa mujizat penyembuhan kedua : terjadi pada anak seorang kepala rumah ibadat. Kepala rumah ibadat itu juga percaya bahwa Yesus memiliki kuasa menyembuhkan penyakit. Karena itu ia tersungkur di depan kaki  Yesus sambil bermohon agar Yesus datang ke rumahnya. Suatu keyakinan yang cukup baik, tanpa keraguan sedikitpun, bahwa kepala rumah ibadat itu percaya bahwa Yesus pasti dapat menghidupkan kembali anaknya, karena ternyata berdasar laporan kemudian anaknya telah mati.  Harapan dan iman yang kuat selalu berbuah berkat, anak kepala rumah ibadat  hidup kembali.  Dua peristiwa mujizat tadi membuktikan bahwa keyakinan yang sungguh dan penyerahan diri penuh kepada Allah tidak akan mengecewakan. Keyakinan seperti ini tentu tidak datang dengan sendirinya. Baik kepala rumah ibadat maupun si perempuan pendarahan, mereka pasti telah lama menyelidiki dan mengumpulkan informasi tentang diri Yesus dengan teliti da tekun.    Peristiwa ini juga mengajak kepada kita untuk mencintai dan mengenal Yesus lebih  dalam lagi melalui sabda firman-Nya. Rasul Paulus mengingatkan juga bagaimana proses pertumbuhan iman seseorang, bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).  Peristiwa mujizat penyembuhan ini juga mengingatkan kita bahwa karya keselamatan dari Tuhan itu senantiasa dekat dengan hidup orang-orang yang mengasihi dan mencari-Nya. Namun orang percaya juga perlu berhati-hati agar tidak mudah terjebak kepada hal-hal yang bersifat instant.  Menginginkan hal-hal yang cepat dan spektakuler dan ajaib, maka barulah dianggap sebagai mujizat. Pemazmur berkata, kalau kita dapat bangun pagi dan melihat matahari terbit dan terbenam itu adalah mujizat (Mzr 65:9). Dua peristiwa penyembuhan tadi dengan jelas mengingatkan kita bahwa sebelum mujizat itu terjadi, ada beberapa upaya yang sungguh-sungguh  yang dilakukan secara berencana dan tekun hingga mereka akhirnya menemukan  muzijat  dari Yesus.  Jadi ketika iman mulai tumbuh dan semangat untuk mengenal Kristus dapat dikobarkan, maka sesungguhnya disana mujizat telah mulai berlangsung.


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Arti Pokok Injil

MJGKE BUNTOK
Apa itu Injil. Sebagai warga Kristiani harus memahami istilah Injil. Injil berarti KABAR BAIK. Berita Injil disampaikan oleh empat orang terdekat Yesus yang kemudian kita kenal sebagai Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes. Empat berita ini juga disebut sebagai empat riwayat hidup Yesus (Isa Almasih).

Arti Pokok dari Injil.
Berita Injil disebut sebagai Berita Keselamatan (Kabar Baik). Istilah Injil pada mulanya berasal dari bahasa Yunani euaggelion yaitu bahasa yang populer di Palestina pada masa Yesus.

Inti dari Injil adalah ialah penderitaan dan kematian-Nya untuk menanggung hukuman dosa manusia.


Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (Injil, Surat 2 Korintus 5:21). Syukur, Yesus bukan saja mati disalib dan dikuburkan, tetapi Ia juga bangkit kembali. Jauh sebelum penderitaan dan kematianNya terjadi, Yesus berkata : "Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya....Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak ada seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Injil Yohanes 10:11-18). Ya, Yesus mati tersalib tetapi Ia juga bangkit lagi dan kemudian diangkat kembali ke sorga.


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Hidup Yang Berbuah, Lukas 6 : 43-45


PATMIATHIE
Sering kita mendengar istilah "Kristen KTP", ada yang mengartikan sebagai orang Kristen yang hanya tertulis pada Kartu Penduduk (KTP) saja, ada yang kehidupannya sama sekali tidak menggambarkan bahwa dia adalah pengikut Kristus. Ada juga yang mengartikan Kristen KTP sebagai Kristen Tanpa Pertobatan dan Kristen tanpa pertumbuhan.


Banyak orang yang mendeklarasikan sebagai orang Kristen sudah lama tertanam dalam Kristus tetapi buah yang dihasilkan berbeda jauh dengan yang dikehendaki oleh Kristus yang tidak menunjukkan identitas sebagai pengikut Kristus, sehingga orang tidak melihat dan mengenal Yesus melalui kehidupan kita.

Dalam Lukas 6 : 44 b "Sebab setiap pohon dikenal karena buahnya" menunjukkan bahwa kualitas sebuah pohon bisa dilihat, dikenal dan diketahui dari buahnya. Jika buahnya manis, baik dan segar maka pohon itu adalah pohon yang baik, demikian pula sebaliknya (ayat 43)
Kehidupan kita orang Kristen pun diumpamakan seperti pohon, kita akan dikenal melalui buah dalam kualitas diri kita dari apa yang diungkapkan, sikap dan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan Firman Tuhan dan diharapkan orang melihat dan mengenal Kristus melalui buah yang dihasilkan.
Menghasilkan buah adalah kewajiban kita sebagai umat Tuhan yang telah memperoleh keselamatan dari Allah. Sudah kita sebagai anak Tuhan menghasilkan buah yang baik, sehingga orang melihat dan mengenal Yesus dalam kehidupan kita ?
SELAMAT BERBUAH DALAM KRISTUS, (Galatia 5 : 22 - 23). Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan dan Penguasan diri)


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Maukah Anda menjadi saluran berkat Tuhan (2 Korintus 9 : 6–15)


DERMAWISATA J. BAEN
Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (ay.6). Istilah ini berasal dari dunia pertanian, tapi dalam hal tertentu, juga bisa berlaku dalam kaitan memberi persembahan. Tapi pertanyaannya, bagaimana mungkin kita yang tidak punya, dapat memberi banyak. Tetapi bersyukur, Tuhan sendiri tidak menilai pemberian kita dengan rumusan dalam ilmu pertanian, tetapi Tuhan melihat apa yang ada di dalam hati kita. Seorang janda miskin memberikan sedikit, namun ia justru dipuji oleh Yesus. Mengapa? Karena ia memberi dengan sukarela dan sukacita sesuai dengan apa yang ada padanya. Lalu apakah ukuran dalam memberi dan apa yang mempengaruhi nilai pemberian kita?
Ukurannya adalah bukan semata-mata berdasarkan jumlah, tetapi berdasarkan “sesuai atau tidak”. Kitab (Ul.16:16-17), tertulis, “…Jangan ia menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekadar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh Tuhan Allahmu”. Jadi indikator kelayakan pemberian kepada Allah, (banyak atau sedikit) sama-sama baiknya, apabila pemberian itu sudah “sesuai”  Kalau punya banyak, memberi banyak, itu sesuai!, tetapi punya banyak, memberi sedikit, itu yang tidak sesuai. Pemberian  seperti ini mempengaruhi nilai pemberian seseorang di hadapan Allah. Bagaimana menggabungkan antara, “yang sesuai” dan “yang dengan sukacita  Jawabannya ada pada (ay.8 – 9 ). Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu  dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Maukah saudara menjadi saluran berkat Tuhan? Menjadi saluran berkat, berarti kita setiap hari ada di tengah berkat itu. Berkat itu harus kita salurkan kepada orang lain, agar kita kemudian kembali meneima berkat yang baru dari Tuhan. Sebagai saluran berkat, kita seumpama pipa saluran air. Kalau pipa itu disumbat pada bagian ujung bawahnya tempat keluarnya air, maka air yang baru, tidak dapat  masuk. Dan itu berarti air yang dalam pipa itu memang tidak berkurang, tetapi air itu juga tidak bertambah. Begitu pula lah aliran berkat Tuhan dalam hidup kita selalu baru setiap hari, ketika kita mau berbagi dan mengalirkan berkat itu kepada sesama


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Pemberian yang Mengandung Pelayanan Kasih (2 Korintus 8 : 1-15)


DERMAWISATA J. BAEN
Semua orang bisa memberi, tetapi tidak semua pemberian mengandung kasih? Ada yang memberi karena mengharapkan diberi kembali. Ada yang memberi karena mengharapkan pujian. Ada pula yang memberi, karena terpaksa.  Dan ada pula yang memberi, karena telah merasa berkelebihan. Niat memberi dengan dimotivasi tujuan tertentu inilah yang dikoreksi Paulus. Jemaat Makedonia yang miskin, dan sedang mengalami cobaan yang berat, namun sukacita mereka meluap untuk memberi (ay.2). Kerelaan memberi yang luar biasa ini bukan dibuat-buat, tetapi lahir dari kesadaran iman bahwa mereka telah merasa menerima kasih karunia dari Allah. Orang yang telah merasa menerima, wajar kalau ia bersedia untuk memberi. Kasih Karunia adalah pemberian yang cuma-cuma dari Allah berupa pengampunan atas dosa sehingga kita terlepas dari ancaman penghukuman yang kekal, Anugerah seperti ini patut disyukuri dengan  membagikan kasih karunia itu kepada orang-orang yang memerlukan.  2 Kor 9:9  berkata: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."  Berdasar ayat ini, budaya membagi-bagikan sesuatu kepada orang lain, bukan kerugian, malah sebagai keuntungan, karena kebenaran itu terus semakin bertambah-tambah dalam diri kita, bilamana kita berani membagi-bagikannya kepada orang lain.
 

Proses kerja pertumbuhan kebenaran itu bagaikan rumpun bibit padi di tempat persemaian. Rumpun batang padi itu akan berkembang biak dan bertambah banyak bilamana kita rajin memisah-misahkannya pada tempat yang berbeda-beda, sehingga masing-masing bibit rumpun padi yang baru, kembali bertumbuh dan berkembang biak menjadi rumpun-rumpun padi yang baru lainnya. Demikian pula kalau kebenaran akan semakin besar kalau kita rajin membagi-bagikannya kepada orang lain. Yang kuat membantu yang lemah. Yang kaya memperhatikan yang miskin, sehingga kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan haknya semakin besar. Tetapi kalau kebenaran itu, semakin tidak terlihat, maka budaya tolong-menolong, dan bantu-membantu akan menjadi mati sehingga yang ada hanyalah kepentingan diri sendiri. Yang kaya, makin kaya; yang miskin makin miskin. Jadi kita meberi bukan berarti karena kita memiki banyak, tetapi kita memberi karena kita telah lebih dahulu menerima. Masalah memberi, sesungguhnya bukan masalah banyak atau tidak, tetapi masalah mau atau tidak (kerelaan). Memberi dengan kerelaan inilah yang dimaksudkan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.



Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Allah adalah Bapa yang Sempurna

MJGKE BUNTOK
Istilah "Bapa" menunjukkan hubungan Tuhan dengan dunia. Terutama hubungan-Nya dengan orang-orang yang menyerahkan diri kepada-Nya. Seperti "Bapa," Dia adalah pencipta, penanggung-jawab, penjaga dan pemberi. Di sini “Bapa” diartikan dalam bahasa kiasan, bukan arti biologis. Dalam cara yang manapun, Allah bukanlah seorang ayah dalam arti biologis kepada siapa pun

Allah adalah Bapa yang tidak pernah berubah. Segala yang dilakukan-Nya untuk kebaikan anak-anak-Nya.“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Injil, Surat Yakobus 1:17).
Allah juga adalah Bapa yang setia. Dia tidak pernah mengubah atau ingkar pada janji-Nya. Sebagai anak-anak-Nya, kita dapat bergantung sepenuhnya pada-Nya. “. . . . Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia” (Taurat, Kitab Ulangan 32:4).

Tuhan juga mengajar kita layaknya seorang bapa. Dia rindu kita menjadi orang benar seperti halnya Dia.“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah ; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa” (Kitab Ayub 5:17). Demikianlah Alkitab menjelaskan tentang sifat dan Pribadi Allah


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK

Nyawa Berharga di Mata Tuhan (Kel. 30 : 11 - 16)


RAAI KAAYAT KARANI
Ada tradisi unik dan menarik menurut suku Karo, dimana para tante dari pihak pengantin wanita diberi uang sebesar Rp. 500,- yang dimaksudkan untuk "membeli" anaknya.

Uang yang diberikan hanya sedikit, bukan karena pengantin perempuan itu dijual dengan harga murah, melainkan karena itu hanya merupakan lambang. Uang tersebut merupakan lambang bahwa pengantin wanita menjadi milik keluarga yang diserahkan yaitu kepada keluarga pengantin pria.
Begitu juga waktu dijalankan sensus, setiap orang Israel yang terdaftar di minta untuk mempersembahkan "uang pendamaian karena nyawanya". Setiap orang, baik kaya ataupun miskin mempersembahkan mata uang yang sama yakni mata uang kecil. Uang itu lambang bahwa mereka adalah milik Allah, bukan milik Musa dan bukan juga milik pemerintah.
Biaya sensus dikenakan sama rata dan sangat adil terhadap setiap orang, sebab yang kaya maupun yang miskin sama penting dan berharga dimata Tuhan.

Persembahan dalam kebaktian sebagai bukti ucapan syukur dan terimakasih atas pemeliharan Tuhan dalam kehidupan sekaligus menandakan bahwa kita milik Allah. Apa yang ada dalam hidup kita berasal dari tangan Tuhan sendiri. (1 Taw. 29 : 14).

Lambang dalam bentuk Kolekte ini akan bermakna apabila disertai dengan penyerahan hidup kita seluruhnya kepada Tuhan.


Artikel Terkait:

DENGAN MEMBERIKAN KOMENTAR UNTUK SETIAP ARTIKEL YANG KAMI TAYANGKAN, BERARTI ANDA IKUT BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN PELAYANAN BAGI JEMAAT, KHUSUSNYA DI JEMAAT GKE BUNTOK